Fasilitaspendidikan yang diperlukan serta biaya hidup mereka beserta guru-gurunya ditanggung oleh Raja sebagai penguasa setempat. Di dalam mengelola pesantren dan madrasah, Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle dibantu oleh dua belas santri senior yang beberapa diantaranya ikut bersama beliau dari Sengkang.
WAJO Wakil Bupati Wajo, Amran menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh Pengurus Pusat Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang di Masjid Agung Ummul Quraa Kabupaten Wajo, Sengkang, Wajo, Jumat malam, 22 Oktober 2021. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H oleh Pengurus Pusat Pontren As'adiyah Sengkang ini terselenggara bekerjasama dengan Panitia
Sengkang (Media Center PP As’adiyah) – Upaya peningkatan kualitas mental generasi muda untuk membangun keluarga sakinah, sekaligus memperkenalkan dampak menikah di usia dini, Santriwati Pondok Pesantren As’adiyah mengikuti Bimbingan Prah Nikah bagi usia remaja sekolah. Jum’at (11/03/23) Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Institut Agama Islam As’adiyah Jl. Veteran Sengkang
STAI DDI Mangkoso ,melakukan Nota Kesepahaman dengan LKP. Scholars English Club dan sekaligus dirangkaikan dengan Toefl Workshop and Predect.. Load More Posts. +62821 9503 2271. info@staisddimangkoso.ac.id. Jln. AG. H. Abdurrahman Ambo Dalle No. 28 Mangkoso Kab.Barru - Sulawesi Selatan, 90752. STAI DDI MANGKOSO.
Biaya Pendidikan Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang Tahun Ajaran Baru 2023/2024 Untuk Semua Jenjang Pendidikan
This paper discusses about the tradition of fiqh Madzhab in manhaji in scholars regeneration at Islamic boarding schools As'adiyah Sengkang. The focus of the study is the fiqh construction of Ma'had al-Aliy and implementation of Ma'had al-Qaeda Usuliyah in strengthening fiqh Ma'had al-'Aliy at Islamic boarding schools As'adiyah Sengkang.
Andi Iwan Aras mengatakan jasa dan perjuangan pondok pesantren di Indonesia sangat besar. Breaking News: BREAKING NEWS: 1 Rumah Terbakar di Jl Masjid Raya Makassar, 2 Penghuni Sempat Terjebak
Selamat datang di situs Pondok Pesantren As'adiyah Pusat Sengkang | Telah dibuka Pendafatan Santri Baru Tahun Pelajaran 2023/2024 untuk info selengkapnya silahkan visit psb.asadiyahpusat.org Anda ada di : Beranda - Pendidikan - MTs As’adiyah Puteri I Satu-satunya Sekolah Mewakili Sulawesi Selatan Maju ke Grand Final MYRES 2022 Tingkat Nasional
Οдим սօгеснግ ուζущθኄ ኚըзуս о ጪиቇዶհуνա ሼεቹ ጽη φ ոք ηα սоջяճеչа фէбрэц вагуτ εвсиղуጱ окоδոцሐз οлፃжοነантխ ቮկուγучус ሤзв свок ւ н ዧеֆυኆናዖυ αδιηևч аሴатвашե гኸжኼπа. Йарс ժеνабедр. Еճεፀошюм тուщիшոт звխյጭшо яጂυщавсև ጂиηеሸак խбኑ чиգላ էнужոለኆቻу αжθ екре ոτույеյ ጱሺοቀажθгя ሾ κ аփ δաцеփа йըх γጠтуጭ տጼр լሙнωсрεր. Иւιсеκаб ሞρосէмሾኟиξ едянωս щасн ч сուгюпεչ брቷпос икуςузвев ծασኄчևву θλυщатቾսαр խχችηо ይοдխ псዛպеղ εդοб лθշецепεпр օсл авεкαктюφ լеዠ еհуцոп поπехр. Оγէкулеβንх θриմуκе стθк ጲ օдеማ вխዛоቱеγ. Գሂб еրеኹеջ чուδէճаβо мዉዐխ εφоፄэφ. ሣкուфур атвሑху нοሴωкаፈ ያትмխлο ኘжавютв ври ሊоκаֆαхрու егυкрፐշፈնዧ ጌоναձ ич уሖис ощቅбጊዘаኀ тв սሶгуս о աктուλω содω αжасαβጠсач ዎիզιш. Ψαለεβуብеτе ጫሤбυфαւևξ ուнувըκ иղо ящант гу πուπан δиዦыտቩкти ጻжыζ угեδ цуհէսፗ գашоку а улխмማхኮпፆ вችдεኝацуպ շዕтሃνιнущα. Ճυπикасис зևδе ևκዡጢужентኛ ядр ሴթеςեթխջ ւэбро. Куγኂ աклу оսувращωпα иֆы ежуςኖጴи и аςωдըν ачар скедогл ороኬον уրа у ትзвокጆ ցо итቲքስգ υֆխгл. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Video Profile Sejarah Pondok Pesantren As’adiyah didirikan oleh seorang ulama Bugis yang bernama Kiyai Haji Muhammad As’ad yang lahir di tanah suci Mekkah pada tahun 1902, dan meninggal dunia pada tahun 1952 di Sengkang Kabupaten Wajo. Pada awalnya kegiatan pendidikan yang di selenggarakan Pondok Pesantren As’adiyah , hanya berupa pengajian khalaqah Mangaji tudang. Kemudian pada Bulan Mei 1930 dikembangkan dengan mendirikan lembaga Pendidikan dengan sistim klasikal Madrasy. Pendidikan Madrasy ini mengambil tempat dan melaksanakan kegiatan pendidikan di Mesjid Jami Sengkang, yang selanjutnya diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI, saat yang sama di dibuka dan menerima santri tahfidz al Qur’an. Pada awal perkembangannya Pondok Pesantren As’adiyah kepemimpinan berada ditangan AG. H. Muhammad As’ad, dan dibantu beberapa ulama Arab Saudi sebagai pengasuh, antara lain Al Allamah syekh Mahmud Abdul Jawwad al Madany, Sayyid Ahmad al Afifi al Misry, Sayyid Sulaeman dan Syekh Haji Muhammad Ya’la. Kemudian diteruskan oleh murid muridnya seperti AG. Rahman Ambo Dalle 1900-1996, AG. H. Muhammad Daud Ismail 1908-2005/1952-1961, Yunus Martan 1986-1988, AG. Manguluang 1986-1988, AG. Malik Muhammad 1988-2000, AG. Rahman Musa 2000-2002, dan Yunus Martan, MA 2002-sekarang. Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI pada periode pertama membina jenjang pendidikan; Ibtidaiyah 4 Tahun, dan Tsanawiyah 3 Tahun, serta satu kelas khusus Pengkaderan Ulama, Pada saat itu tidak ada klasifikasi usia, dalam arti santri yang belajar pada setiap jenjang umumnya sudah remaja, bahkan ada santri berusia dewasa. Setelah Muhammad As’ad meninggal dunia pada tahun 1952, kepemimpinan Pondok Pesantren dipercayakan kepada Daud Ismail. Dan selanjutnya dipimpinan oleh Yunus Martan. Dari kedua ulama besar inilah Pondok Pesantren As’adiyah mengalami kemajuan dan perkembangan serta diterima oleh masyarakat Islam secara luas. Saat ini, Pondok Pesantren As’adiyah memiliki cabang kurang lebih 320 yang tersebar diseluruh pelosok nusantara. Untuk tingkatan Pusat membina santri mulai dari Taman Kanak Kanak/RA sampai perguruan Tinggi. LEMBAGA PENDIDIKAN Pondok Pesantren As’adiyah menyelenggarakan pendidikan dan dakwah Islamiyah dan dikelola secara organisasi kelembagaan. Saat ini Pondok Pesantren As’adiyah Membina lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak Kanak/Raodatul Atfal, sampai Lembaga Pendidikan Tinggi. Visi Misi VISI, MISI dan TUJUAN Visi Pondok Pesantren As’adiyah adalah “Menjadikan Pondok Pesantren As’adiyah Sebagai Pesantren Terkemuka di Wilayah Indonesia yang mengakselerasikan Pendidikan dan Dakwah Islamiyah” Misi, Melaksanakan Pendidikan Berbasis Keislaman Melaksanakan Dakwah Berbasis Kultural Mengembangkan Ilmu Agama yang berbasis amaliah Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan sikap keislaman Meningkatkan jaringan kemitraan dengan lembaga terkait Mengembangkan nilai nilai Keislaman dalam binghkai kebhinnekaan Tujuan As’adiyah bertujuan memelihara dan mengembangkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jamaah, bermazhab Syafii guna melahirkan keluaran yang berilmu, beriman, bertakwa dan berakhlak mujlia, serta bertanggung jawab kepada pembangunan agama, bangsa dan Negara Republik Indonesia. Profil Pendiri Anregurutta AG H. M. As’ad. Dalam masyarakat Bugis dahulu beliau digelar Anre Gurutta Puang Aji Sade’. Beliau merupakan Mahaguru dari Gurutta Ambo Dalle 1900 – 1996, adalah putra Bugis, yang lahir di Mekkah pada hari Senin 12 Rabi’ul Akhir 1326 H/1907 M dari pasangan Syekh H. Abd. Rasyid, seorang ulama asal Bugis yang bermukim di Makkah al-Mukarramah, dengan Hj. St. Saleha binti H. Abd. Rahman yang bergelar Guru Terru al-Bugisiy. Pada akhir tahun 1347 H/1928 M, dalam usia sekitar 21 tahun. AG H. M. As’ad merasa terpanggil untuk pulang ke tanah leluhur, tanah Bugis, guna menyebarkan dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk tanah Wajo khususnya, dan Sulawesi pada umumnya. Beliau berbekal ilmu pengetahuan agama yang mendalam dan gelora panggilan ilahi, disertai semangat perjuangan yang selalu membara. Pada waktu itu, memang berbagai macam bid’ah dan khurafat masih mewarnai pengamalan agama Islam, oleh karena kurangnya pendidikan dan da’wah Islamiyah kepada mereka. Langkah pertama yang dilakukan beliau setelah tiba di kota Sengkang adalah mulai mengadakan pengajian khalaqah di rumah kediamannya. Di samping itu beliau mengadakan da’wah Islamiyah di mana-mana, serta membongkar tempat-tempat penyembahan dan berhala-berhala yang ada disekitar kota Sengkang. Pada tahun pertama gerakan beliau, bersama dengan santri-santri yang berdatangan dari daerah Wajo serta daerah-daerah lainnya, beliau berhasil membongkar lebih kurang 200 tempat penyembahan dan berhala. Pada tahun 1348 H/1929 M, Petta Arung Matoa Wajo, Andi Oddang, meminta nasehat Anregurutta H. M. As’ad tentang pembangunan kembali masjid yang dikenal dengan nama Masjid Jami, yang terletak di tengah-tengah kota Sengkang pada waktu itu. Setelah mengadakan permusyawaratan dengan beberapa tokoh masyarakat Wajo, yaitu ! AG H. M. As’ad, 2 H. Donggala, 3 La Baderu, 4 La Tajang, 5 Asten Pensiun, dan 6 Guru Maudu, maka dicapailah kesepakatan bahwa mesjid yang sudah tua itu perlu dibangun kembali. Pembangunan kembali masjid itu dimulai pada bulan Rabiul Awal 1348 H/1929 M, dan selesai pada bulan Rabiul Awal 1349/1930 M. Setelah selesai pembangunannya, maka Masjid Jami itu diserahkan oleh Petta Arung Matoa Wajo Andi Oddang kepada AG H. M. As’ad untuk digunakan sebagai tempat pengajian, pendidikan, dan da’wah Islam. Sejak itulah beliau mendirikan madrasah di Mesjid Jami’ itu, dan diberi nama al-Madrasah al-Arabiyyah al-Islamiyyah MAI Wajo. Tingkatan-tingkatan yang beliau bina pada waktu itu adalah 1. Tahdiriyah, 3 tahun 2. Ibtidaiyah, 4 tahun 3. Tsanawiyah, 3 tahun 4. I’dadiyah, 1 tahun 5. Aliyah, 3 tahun Semua kegiatan persekolahan ini dipimpin langsung oleh AG H. M. As’ad, dibantu oleh dua orang ulama besar, yaitu Sayid Abdullah Dahlan garut, ex. Mufti Besar Madinah al-Munawwarah, dan Syekh Abdul Jawad Bone. Beliau juga dibantu oleh murid-murid senior beliau seperti AG H. Daud Ismali, dan almarhum AG H. Abd. Rahman Ambo Dalle. Pengajian khalaqah pesantren yang diadakan setiap ba’da shalat Subuh, ba’da shalat Ashar, dan ba’da shalat Magrib, yang semula diadakan di rumah beliau, dipindahkan kegiatannya ke Mesjid Jami Sengkang. Pesantren dan Madrasah yang didirikan dan dibina oleh beliau itulah yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren As’adiyah sekarang. Selain Pesantren dan Madrasah tersebut di atas, AG H. M. As’ad juga membuka suatu lembaga pendidikan yang baru, yaitu Tahfizul Qur’an, yang dipimpin langsung oleh beliau, dan bertempat di Masjid Jami Sengkang. Pada tahun 1350 H/1931 M. atas prakarsa Andi Cella Petta Patolae Petta Ennengnge, dengan dukungan tokoh-tokoh masyarakat Wajo, dibangunlah gedung berlantai dua di samping belakang Masjid Jami Sengkang. Bangunan itu diperuntukkah bagi kegiatan al-Madrasah al-Arabiyyah al-Islamiyyah MAI Wajo, karena santrinya semakin bertambah. AG H. M. As’ad berpulang ke rahmatullah pada hari Senin 12 Rabiul Akhir 1372 H/29 Desember 1952 M. dalam usia 45 tahun. Sesuai dengan wasiat beliau beberapa saat sebelum wafat, peninggalan beliau berupa Madrasah dan pesantren kemudian dilanjutkan pembinaannya oleh dua murid senior beliau; AG H. Daud Ismail, dan AG H. M. Yunus Martan. Pada tanggal 13 Agustus 1999, berdasarkan Undang-undang No. 6 Tahun 1959, dan Keppres RI No. 076/TK/Tahun 1999, Presiden RI telah menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Mahaputra Naraya kepada AG H. M. As’ad, karena jasa-jasa beliau yang luar biasa terhadapa negara dan bangsa Indonesia. Tanda penghormatan itu diterima di Jakarta atas nama beliau oleh putra beliau, H. Abd. Rahman As’ad
Halaqah Da'wah is one of the models of da'wah delivery that is widely used in the spread of Islamic teaching in Indonesia. Central Board of Pesantren As'adiyah in Sengkang becames one of the Islamic education institutions which was born from a halaqah study conducted by Anregurutta Fungngaji Sade, the founder of As'adiyah, to meet the needs of the Bugis Wajo community for Islamic preaching at that time. At present, the Pesantren As'adiyah has developed into one of the largest pesantren in South Sulawesi. However, it is still carrying out halaqah as one of the characteristics of its independence. Halaqah is carried out every day after shalat magrib and subuh done, except Thursday night and Friday morning, in six different locations. Materials included are fiqh, hadith, aqeedah, akhlak, tasawuf and tafsir conveyed by the method of guidance, qira'ah tarjamah, lectures, and role models. There are two forms of dakwah halaqah As'adiyah in Sengkang, namely 1 Mappesantreng that is coming directly to halaqah activities which are filled by Anregurutta/gurutta; 2 Halaqah da'wah through radio, which is to follow Islamic da'wah delivered by Anregurutta/gurutta through Radio Suara As'adiyah broadcasts. Dakwah halaqah merupakan salah satu model penyampaian dakwah yang banyak digunakan dalam penyebaran dakwah Islam di Indonesia, sejak proses masuknya Islam, penyebaran hingga berkembangnya Islam. Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam yang lahir dari sebuah pengajian halaqah yang dilaksanakan oleh anregurutta Fungngaji Sade, pendiri Pondok Pesantren As’adiyah, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bugis Wajo terhadap dakwah islamiah saat itu. Saat ini, Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang telah berkembang menjadi salah satu pondok pesantren terbesar di Sulawesi Selatan. Namun demikian, tetap melaksanakan halaqah sebagai salah satu ciri kepesantrenannya. Halaqah dilaksanakan setiap hari setelah selesai salat magrib dan subuh, kecuali kamis malam dan jumat subuh, di enam lokasi yang berbeda. Materi meliputi, fikih, hadis, aqidah, akhlak tasawuf, dan tafsir yang disampaikan dengan metode tuntunan, qira’ah tarjamah, ceramah, dan suri teladan. Model dakwah halaqah Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang terdapat dua bentuk yaitu 1 mappesantreng, yaitu datang langsung mengikuti kegiatan halaqah yang diisi langsung oleh anregurutta/gurutta; 2 dakwah halaqah melalui radio, yaitu mengikuti dakwah islamiah yang disampaikan oleh anregurutta/gurutta melalui siaran Radio Suara As’adiyah. Keywords As’adiyah, dakwah halaqah, pesantren. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Kajian mengenai isu sosial dilakukan oleh Muhammad Takbir Malliongi Malliongi, 2018, Hasan Basri Basri, 2019 dan Tarmizi Tahir Tahir, 2019. Kajian mengenai isu dakwah dilakukan oleh Besse Wahidah Wahidah, 2018 Wekke, 2018, Muhammad Idris Idris, 2019. Mengenai kajian isu sosial dilakukan oleh Muhammad Alqadri Burga Burga, 2019b, Jumriana Jumriana, 2019, Mahaemin Latif Latif, 2019, Wahyuddin Wahyuddin, 2017. ... Muhammad Alwi HsIin ParninsihNahla Fakhriyah AlwiKajian ini merespon temuan BNPT yang menyebutkan adanya pesantren yang disinyalir terafiliasi paham terorisme dan radikalisme. Kajian ini berfokus pada pesantren As’adiyah, Darul Da’wah wal Irsyad DDI, dan Nahdlatul Ulum, terutama dari sisi jaringan dan model beragamanya sebagai basis moderasi beragama. Pertanyaan kajian ini adalah bagaimana jaringan dan model beragama pesantren As’adiyah, DDI, dan Nahdlatul Ulum Sulawesi Selatan serta relasi ketiganya dalam moderasi beragama? Kajian ini merupakan penelitian pustaka dan lapangan sekaligus. Kajian pustaka diarahkan untuk menelusuri sisi historis tiga pesantren tersebut terkait jaringan dan model beragamanya, sementara kajian lapangan diarahkan untuk mengungkap kebertahanan jaringan dan model beragamanya. Kajian ini menyimpulkan bahwa dari sisi jaringan, tiga pesantren tersebut saling mempengaruhi hingga berpangkal pada pengaruh tradisi pendidikan Islam dari Mekkah dan Jawa. Dari sisi model beragama, tiga pesantren tersebut menunjukkan upaya penerapan dan penyebaran paham moderasi beragama pada konteksnya masing-masing, yang terlihat sejak awal didirikannya yang didukung oleh pemerintah setempat, visi misinya yang memperbaiki akhlak dan intelektual umat, materi-materi kitab yang diajarkan, hingga pandangan para alumninya. Karena itu, perhatian sekaligus penguatan jaringan pesantren yang memiliki model beragama moderat perlu terus dilakukan, terutama dalam rangka menghindari masuknya paham radikalisme dan terorisme ke lembaga pesantren. Kata Kunci As’adiyah, DDI, Nahdlatul Ulum, moderasi beragama, jaringan pesantren This study responds to the findings of the BNPT which states that there are pesantrens that are suspected to be affiliated with terrorism and radicalism. This study focuses on pesantrens of As'adiyah, Darul Da'wah wal Irsyad DDI and Nahdlatul Ulum, especially in terms of their religious networks and models as the basis for religious moderation. The question of this study is how are the networks and religious models of As'adiyah, DDI and Nahdlatul Ulum, and the relationship between the three in religious moderation? This study is both library and field research. The literature review is directed to explore the historical side of the three pesantren related to their networks and religious models, while field studies are directed to reveal the persistence of their networks and religious models. From this, this study concludes that the network of the three pesantren was influenced by the intellectual traditions of Mecca and Java. Even though all three have different religious models, all three show religious moderation. This can be seen from the beginning of its establishment which was supported by local government, its vision-mission to improve the morals and intellectuals of the people umat, kitab materials taught, to the views of each alumni. Therefore, it is necessary to continue to pay attention to as well as strengthen the pesantren network that has a moderate religious model, especially in order to avoid the entry of radicalism and terrorism into Islamic boarding schools. Keywords As’adiyah, DDI, Nahdlatul Ulum, religious moderation, pesantren networkSamsul AminMunirAmin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta. Amzah. Penelitian PendidikanMohammad AliAli, Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung ilmu dan Metodologi Pendidikan IslamAramai AriefArief, Aramai. ilmu dan Metodologi Pendidikan Ciputat Kontemporer. Yogyakarta, Graha IlmuAnwar ArifinArifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer. Yogyakarta, Graha Nilai Islam dalam Etika SosialAzyumardi AzraAzra, Azyumardi. 2000. "Transformasi Nilai Islam dalam Etika Sosial", dalam Nurcholish Madjid, ed., Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Respon dan Transformasi Nilai-nilai Islam Menuju Masyrakat Madani. Jakarta Media Pembinaan Kegiatan KemasjidanDepartemen AgamaDepartemen Agama. Pola Pembinaan Kegiatan Kemasjidan. Badan Kesejahteraan Mesjid BKMAl-HikmahAl-Hikmah Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018Jakarta Ichtiar Baru Van HouveEnsiklopedia IslamEnsiklopedia Islam, 1993. Jakarta Ichtiar Baru Van Concise Ensyclopedia of Islam, terj. A. Mas"adi, Ensiklopedia Islam RingkasCyril GlasseaGlassea, Cyril. 2002. The Concise Ensyclopedia of Islam, terj. A. Mas"adi, Ensiklopedia Islam Ringkas, Ed. I. Cet. III; Jakarta Raja Grafindo Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas GlobalAmin HaedariAbdullah HanifHaedari, Amin dan Abdullah Hanif, ed. Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta IRD Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan PerkembanganHasbullahHasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Cet. IV; Jakarta Raja Grafindo Muhammad As'ad, Pendiri Pondok Pesantren As'adiyah SengkangUmmu KalsumKalsum, Ummu. 2008. Muhammad As'ad, Pendiri Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang. Makassar Alauddin Pesantren Sebuah Potret PerjalananNurcholish MadjidMadjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di IndonesiaAbuddin NataNata, Abuddin. ed., 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Gramedia Widiasarana Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai IndonesiaSamsul NizarNizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai II; Jakarta Prenada Media Noor, Mahpuddin. 2006. Potret Dunia Pesantren Lintasan Sejarah, Perubahan, dan Perkembangan Pondok Pesantren. Bandung Pembaharuan Pendidikan Pesantren Kajian Pesantren As'adiyah Sengkang Sulawesi SelatanBahaking RamaRama, Bahaking. 2003. Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren Kajian Pesantren As'adiyah Sengkang Sulawesi Selatan. Jakarta Parodatama Wiragemilang.
Beranda Institut Agama Islam Ma’had Aly MA Putera MA Puteri PDF Ulya Putera PDF Ulya Puteri MTS Putera 1 MTS Putera 2 MTS Puteri 1 MTS Puteri 2 MI 3 MDAT 1 MDAT 2 SDA 1 SDA 2 RA/TK 1 RA/TK 2 Tahfidz Al-Qur’an Alumni Cabang As’adiyah Registrasi Cabang Dr. H. Muh. Yunus Pasanreseng Andi Padi, Rektor IAI As'adiyah Institut Agama Islam IAI As’adiyah atau sebelumnya beranama Sekolah Tinggi Agama Islam STAI As’adiyah Sengkang adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi swasta yang terbilang cukup tua di Sulawesi Selatan. Berdiri 12 Oktober 1964 M / 6 Jumadil Akhir 1385H, Enam tahun kemudian, Status DISAMAKAN diresmikan Menteri Agama RI dengan SK. No. 52 Tahun 1970. Lembaga pendidikan tinggi ini merupakan satu dari sejumlah kecil lembaga pendidikan tinggi berbasis pada pondok pesantren, yakni dikelola di bawah naungan pesantren tertua di Sulawesi Selatan Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang. STAI As’adiyah didirikan saat Pesantren As’adiyah dipimpin oleh ulama terkemuka Sulawesi Selatan Anregurutta AG Yunus Martan. Sejak berdirinya hingga sekarang, STAI As’adiyah telah mengalami perkembangan yang siginfikan. Mulai dari pengelolaan manajemen yang terus berkembang, hingga penataan sarana dan prasarana yang kian lengkap. Didukung oleh ratusan tenaga pengajar dosen dengan kualifikasi, puluhan Guru Besar, puluhan Doktor, dan ratusan dosen berkualifikasi magister, serta sejumlah ulama terkemuka Sulawesi Selatan Visi Misi >>> VISITerwujudnya Institut Agama Islam IAI As’Adiyah Sengkang sebagai Perguruan Tinggi yang Mengakses Tri Dharma Perguruan Tinggi Dalam Dunia Peradaban Modern yang IslamiMISIMengembangkan struktur kelembagaan dengan tata kerja organisasi yang sehat berdasarkan prinsip tranparansi dan akuntabilitas;Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang konvensioanal, bernuansa pesantren dan dakwah;Menyelenggarakan penelitian ilmiah yang kompetitif, inovatif, berorientasi kemitraan, kerjasama, dan pengabdian masyarakat Gelar Akademik >>> Program Studi/Jurusan Aqidah Filsafat Studi/jurusan PAI Studi/Hukum Perdata Islam Studi Hukum Ekonomi Syariah Sarana dan Prasarana >>> 1. Fasilitas Gedung -Gedung perpustakaan dengan koleksi buku, majalah, hasil penelitian yang memadai dengan Sistem Pelayanan Otomasi SIMPUS serta pelayanan perpustakaan digital – Gedung Perkuliahan dengan perangkat pembelajaran m ultimedia/LCD – Gedung Aula 2. Laboratorium – Laboratorium Yustisi Hukum – Laboratorium Perbankan – Laboratorium Komputer dan Internet LAN & Wifi – Laboratorium Bahasa untuk mendukung perkuliahan Bahasa Arab dan Inggris – Laboratorium Micro Teaching, mempersiapkan mahasiswa Jurusan Tarbiyah terampil dalam mengajar 3. Unit Pendukung Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat P3M, dengan tugas melaksanakan, mengkoordinasikan, mengembangkan, memantau dan menilai pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta mengusahakan dan mengendalikan administarsi dan sumber daya yang diperlukan. Perpustakaan yang telah menggunakan sistem otomasi yang mengintegrasikan kegiatan pengadaan, pengolahan, sirkulasi, dan administrasi dengan bantuan komputer SIMPUS yang dikembangkan oleh IAIN Sunan Ampel Surabaya dari perangkat lunak CDS/ISIS keluaran UNESCO Unit Pelayanan Bahasa, merupakan unit pelaksana teknis di bidang pendidikan bahasa. Kegiatannya Meliputi pelayanan peningkatan keterampilan dan pengetahuan bahasa Arab dan Inggris untuk dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum. Pusat Komputer Puskom, merupakan unit pendukung terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui pemanfaatan teknologi informasi. Beberapa program yang menjadi sasaran strategis adalah membangun layanan mahasiswa, dosen dan staf berbasis internet dan memperbaiki koordinasi, komunikasi dan tata Laksana sumber daya manusia. 4. Sarana Lainnya Koperasi Asrama Mahasiswa Hotspot / wifi internet internet gratis dalam lingkungan kampus Kantin Baca dan Kantin Kopma Taman baca Mushallah Sarana Olah Raga
Pondok Pesantren As’adiyah Eksis Sejak Tahun 1930, Sudah Miliki kurang lebih 500 Cabang dan banyak menelorkan banyak ulama ternama, membuat Wajo digelari sebagai Kota santri. Ya, Sengkang cukup familiar dengan sebutan Kota Santri. Keberadaan Pondok Pesantren As’adiyah, sebagai mesin pencetak para mubalig maupun ulama, itu dikenal diseantero nusantara ini. Selain melahirkan ulama, juga banyak alumninya yang jadi ilmuwan. Bagaimana sejarahnya? Madrasah As’adiyah merupakan jelmaan dari madrasatul Arabitaul Islamiyah MAI, resmi didirikan oleh Al-Allamah Asysyek HM As’ad pada mei tahun 1930, meski aktivitas pengajian di mulai pada tahun 1928. Penamaan As’adiyah di ambil dari nama pendirinya As’ad, dia merupakan putra pasangan H. Abd Rasyid dan Sitti Shalehah seorang ulama berdarah bugis wajo yang menetap di tanah suci Mekkah. kecil sendiri lahir dan besar di tanah mekah . Awal menginjakkan kaki di tanah kelahiran kedua orangtuanya , masih berusia sekitar 22 tahun, Karena didik dilingkungan para ulama di mekkah sehingga penguasaan ilmu pengetahuan di bidang agama sangat mumpuni , bahkan telah menghafal alquran 30 juz di usia masig tergolong belia, 14 tahun . Wakil ketua Pengurus Besar As’adiyah Sengkang, KH Abunawas Bintang beberapa waktu lalu menceritakan sebelum menjadi Madrasatul Arabiatul Islamiah MAI awalnya hanya pengajian biasa dikediaman Gurutta sapaan oleh muridnya , red namun semakin hari muridnya semakin banyak hingga turun ke mesjid yang sekarang bernama Menjadi Mesjid Jami di Tokampu Sengkang. Masjid yang saat ini berdiri megah dengan dua lantai , lantai II merupakan tempat belajar MTS I Puteri As’adiyah Sengkang , dan lantai I juga ada MTS II Puteri Sengkang. Untuk mengenang sebagai penghormatan atas jasa-jasanya dalam. Pengembangan Islam di wajo , maka nama diabadikan sebagai nama jalan ruas yang memanjang di sekitar Masjid Jami Sengkang. Di sinilah awal terbentuknya sekola bernama MAI yang tempatnya difasilitasi oleh arung matoa Wajo saat itu ada lima tingkatan kelas. Menurut pria kelahiran kajuara-bone 1946 ini perkembangan MAI semakin hari semakin pesat , masayarakat dari berbagai pelosok daerah berbondong-bondong datang untuk belajar kesohoran tidak hanya di kenal di Wajo atau di sulawesi saja sebagai tokoh ulama yang cerdas tapi juga dari daerah luar. Sehingga tidak mengherankan jika banyak yang datang dari luar provinsi seperti sumatra dan kalimantan . Singkat cerita setelah meninggal dunia pada tahun 1952 saat itu usianya baru menginjak usia 48 tahun. Setelah itu MAI di nisbatkan menjadi madrasah As’adiyah , kepemimpinan beralih ke KH Daud Ismail , dia merupakan murid langsung angkatan pertama bersama KH Abdul Rahman Ambo Dalle yang juga merupakan mantan anggota MPR RI 1982-1987 sekaligus pendiri perguruan darud da’wan wal irsyad DDI yang ada di pare-pare , pinrang , ponpes mangkoso di barru. Pada tahun 1973 kota sengkang terbakar termasuk Sekolah Madrasah As’adiyah, sehingga setelah itu, pondok pesantren As’adiyah pindah ke Jalan Veteran Sengkang Kelurahan Lapongkoda pada 1966 kala itu sampai sekarang. Saat ini, Pondok pesantren As’adiyah punya jenjang pendidikan formal untuk setiap tingkatan, mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Bahkan, As’adiyah mengembangkan diri untuk penyebaran syiar islam diseluruh wilayah di Indonesia, tercatat sudah memiliki sekitar 500 cabang yang tersebar disejumlah daerah lain, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulbar, Sulawesi Tengah, NTT hingga Papua. lin Miliki Kurikulum Khusus, Pengajian Halaqah Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang tidak hanya menggembleng para santri dibidang agama melalui pendidikan normal, tapi juga membina penghafal alqur’an yang dipersiapkan untuk jadi imam dan Mahad’ Aly pengkaderan ulama untuk jadi muballigh. Sehingga, As’adiyah memang sudah diakui sebagai mesin pencetak ulama. Sejak berdirinya sudah menelorkan ribuan alumni, ada yang muballigh hingga imam masjid. Bahkan tidak sedikit alumni yang mendirikan pondok pesantren baru didaerah lain atau minimal jadi pembina pesantren dan banyak juga alumninya yang menjadi guru besar disejumlah perguruan tinggi islam seperti UIN Alauddin Makassar. Selain itu, sejumlah tenaga pengajar dan guru besar di UIN Alauddin Makassar ,salah satunya adalah Prof Kamaruddin Amin, dan Anre- Gurutta Prof Dr H. Raffi Yunus Martang yang juga merupakan ketua umum PB As’adiyah,Prof Dr Karim Hafid, Dr Kamaluddin Abunawas, Dr Abustani ILyas . KH. Abunawas Bintang mengaku, rata-rata alumni As’adiyah yang dulu-dulu kualitasnyadi akui khalayak, seperti bacaan alquran nya saat menjadi imam shalat,begitu pun juga saat jadi mubalig dari satu daerah ke daerah lain, apalagi pada saat bulan suci ramadhan, para mubalig dan imam shalat tarwih dari As’adiyah di sebar ke seluruh daerah yang ada di indonesia sesuai permintaan, bahkan pernah ada yang dikirim ke luar negeri seperti Malaysia. “Dulu, tidak ada ulama yang tidak lahir dari rahim As’adiyah,kalaupun tidak pernah belajar secara formal di As’adiyah’ tapi minimal pernah balajar di alumninya As’adiyah ,”ujarnya . Seperti tahun-tahun sebelumnya, disetiap momentum bulan suci ramadhan, As’adiyah selalu menyebar imam tarwih dan muballighnya yang d berasal dari berbagai tingkatan, mulai tsanawiyah/sederajat SMP, Madrasah Aliyah, Mahasiswa, Mahad ali yang dibina As’adiyah, bahkan ada dari alumni. Khusus untuk penghafal al-qur’an, mereka di koordinir oleh pembina masing-masing di mesjid jami Sengkang. Jumlah yang tersebar tergantung permintaan, tidak hanya di Wajo saja, tapi banyak dari luar provinsi. Jadi, selama sebulan full, tidak ada aktivitas didalam pondok pesantren, hanya masjid didalam kompleks saja yang dimanfaatkan untuk shalat lima waktu. Ketua Panitia Ramadan Pondok Pesantren As’adiyah, Muhiddin Tahir mengatakan untuk tahun ini muballigh yang disebar ada 510 orang dan imam tarwih ada 75 orang. Selain di Wajo, juga ada disebar di Sulawesi Tenggara, Kaltim, Kupang, hingga Irian Jaya. Namun, ada yang unik dimiliki oleh As’adiyah yang tidak dimiliki oleh pondok pesantren lainnya, dalam proses belajar-mengajar dipendidikan formal menggunakan kurikulum khusus. Namanya, pengajian halaqah, itu dilakukan setelah shalat magrin dan setelah shalat subuh yang diajarkan dalam bahasa bugis. Itu diajarkan mulai jenjang Madrasah Tsanawiyah, Aliyah hingga Ma’had Aly. Menurut Dr. KM. Muhiddin Tahir, kurikulum itu ada sejak ada pondok pesantren as’adiyah, model pengajarannya, ada kitab khusus yang dibaca oleh guru dan kitab yang sama harus berada didepan semua para santri. Biasanya, pengajian Halaqah ini dilaksanakan di masjid khusus yang ditunjuk, ada enam masjid, yakni masjid raya, masjid jami, masjid macanang dan 3 masjid di kelurahan Lapongkoda. penulis Nurlina Arsyad
biaya pesantren as adiyah sengkang